“Wahai semua manusia, telah datang kepadamu bulan yang agug, penuh keberkahan, didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Diwajibkan padanya puasa dan dianjurkan untuk menghidupkan malam-malamya. Siapa yang mengerjakan satu kebaikan (sunah) pada bulan ini, seolah-olah ia mengerjakan satu kewajiban dibulan-bulan lain. Siapa yang mengerjakan ibadah wajib seakan-akan mengerjakan tujuh puluh kali kewajiban di bulan-bulan lain “ (Sahih Muslim dari Salman).
Terdengar lagi sambutan “Marhaban ya Ramadhan”. Dalam bahasa Arab, marhaban berasal dari kata rahb yang artinya luas,lebar dan lapang. Kaya ada tamu penting mau datang, tentu saja kita siapkan tempat yang luas, lebar, bagus dan lapang agar tamu itu betah dan senang tinggal di rumah kita, karena kita juga senang dengan kedatangannya. Itu artinya kita harus meluaskan hati dan melapangkan dada dalam menyambut bulan Ramadhan sehingga ibadah dan kegiatan Ramadhan yang kelihatannya berat bagi kita akan terasa enteng.
Coba bayangkan, mendekati bulan Ramadhan saja kita sudah diminta untuk menyabutnya dengan suka cita, dengan gembira dan semangat, karena ada sesuatu atau oleh-oleh yang diharapkan dari tamu yang datang itu. oleh-olehnya yaitu surga. Kalau menyambut bulan puasa dengan gembira merupakan satu tanda masuk surga, apalagi mengerjakan ibadah di bulan ini dengan baik.
Tapi tunggu dulu. Sebab banyak orang yang kalau sudah habis bulan ramadhan habis pula tugasnya dan habis semua ibadah dan kegiatan lainya yang telah dilakukan selama sebulan. Kalau ingin mengetahui ibadah dan amal kita makbul atau diterima Allah di bulan Ramadhan dan kita telah mendapatkan sertifikat masuk surga kita harus buktikan lebih dahulu keberhasilan dan kesuksesan ibadah tersebut dengan meningkatkan amal soleh di bulan bulan yang lain.